Jumat, 17 Oktober 2014

Kearifan Lokal Budaya Pertanian di Kab. Karawang

Pengertian Kearifan Lokal

Keraf (2002) menegaskan bahwa kearifan lokal adalah semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis. Semua bentuk kearifan lokal ini dihayati, dipraktekkan, diajarkan dan diwariskan dari generasi ke generasi sekaligus membentuk pola perilaku manusia terhadap sesama manusia, alam maupun gaib. 

Kearifan Lokal Budaya daerah Karawang

Karawang adalah salah satu kabupaten yang terkenal sebagai LUMBUNG PADI di daerah Jawa Barat, kearifan budaya lokal disana sudah berjalan dari generasi nenek moyang hingga generasi modern saat ini. tidak hanya dari perkembangan teknologi yang semakin canggih, namun di sana terdapat sebuah budaya yang belum pernah ditinggalkan oleh setiap generasi saat mereka melaksanakan tandur atau dalam kata lain pelaksanaan menanam padi. budaya itu biasa disebut oleh warga Karawang sebagai "Hajat BUmi".

Biasanya ritual berlangsung pada sore hari, setelah semua peserta (warga) terkumpul di halaman sekitar perempatan jalan. Semua makanan yang dibawa oleh warga, dikumpulkan bersama perangkat ritual lainnya yang sudah disediakan oleh warga yang bertindak sebagai fasilitator. Biasanya ketua RT ataupun RW bertindak sebagai fasilitatornya. Adapun perlengkapan ritualnya sendiri terdiri dari kemenyan, kelapa muda yang diatasnya ditaruh sebuah telur, berbagai aneka manisan (rujakan), ayam panggang dan lainnya ditambah dengan pagelaran seni berupa wayang-wayangan cepot, musik dan lagu adat yang mengiringinya.tidak jauh berbeda dengan sesaji dalam ritual yang ditujukan untuk leluhur dalam adat Sunda.
Pelaksanaan ritual ini dipimpin oleh seorang ustad. Dalam ritual ini Sang Ustad memimpin pembacaan doa yang berisikan ayat Al-quran, dibarengi dengan pembakaran kemenyan. Ritual ini berlangsung sekitar 15-20 menit. Pada puncak doa, Sang Ustad mengajak para peserta untuk berdoa bersama kepada Tuhan YME agar sawah dan ladang mereka diberkahi dari proses tanam hingga panen nanti.
Setelah doa selesai, maka ritual diakhiri dengan pembagian makanan untuk para peserta. Secara serentak para peserta pun berebut makanan yang sudah terkumpul dan dicampur oleh fasilitator. Warga berebut makanan yang menurutnya paling enak. Maka, suasana ricuh dan saling dorong pun tidak terhindarkan dengan diselingi gelak tawa warga.

dan ini adalah gambaran pelaksanaan hajat bumi di Karawang pada tahun 2012









Namun, seiring perkembangan zaman dan teknologi kini kearifan lokal berupa budaya mulai telah ditinggalkan oleh beberapa desa karena ada yang berpandangan itu bukanlah hal yang bermanfaat, tapi hanya sebagai sebuah ramai-ramaian saja. disisi lain kini para generasi baru (pemuda) sudah banyak yang tidak menyukai pertunjukkan tradisional seperti wayang-wayangan ataupun musik dan lagu tradisional yang biasa ada dalam pertunjukkanHajat Bumi.

5 komentar:

  1. nice post :)
    menambah wawasan tentang kearifan lokal budaya daerah Karawang dan terdapat sebuah budaya yang belum pernah ditinggalkan di daerah tersebut..menarik..

    BalasHapus
  2. bagus bagus...ternyata kearifan lokal masih tetap di pertahankan sampai sekarang

    BalasHapus
  3. Postingan sudah bagus karena bisa menambah wawasan tentang kearifan lokal di daerah karawang . :)

    BalasHapus
  4. Kalau difikir secara logika tidak akan ada pengaruhnya dengan proses pertanian tersebut, sebaiknya kebiasaan seperti itu dihilangkan saja karna akan berdampak syirik jadinya.

    BalasHapus
  5. postingannya bagus, dan sangat bermanfaat bagi pembaca.

    BalasHapus